
Di tengah terus naiknya harga emas, ilmuwan
menemukan bakteri yang bisa menghasilkan emas. Prosesnya, bakteri itu
makan racun lalu mengeluarkan ‘kotoran’ berupa emas murni. Wow!
PENCARIAN
alkimia membidani kelahiran ilmu kimia modern, menjadi cikal bakal:
bagaimana mengubah elemen biasa menjadi emas yang berharga. Melalui zat
mitos yang disebut batu filosof (philosopher’s stone), juga diyakini
menjadi obat mujarab yang menyembuhkan penyakit dan memberi iming-iming
kehidupan abadi.
Untuk tujuan yang pertama,
saat ini para peneliti mengklaim menemukan bakteri yang mendekati dengan
batu filosof yang sudah lama jadi incaran. Bakteri ini mampu mengubah
sebuah senyawa kimia beracun yang ditemukan di alam, menjadi sebuah
material padat, solid: emas 24 karat.
Kunci
mendapatkan emas tidak dengan cara menambang adalah sebuah bakteri. Tim
dari Michigan State University menemukan, bakteri yang toleran pada
logam, Cupriavidus metallidurans, ternyata dapat tumbuh dalam
konsentrasi besar klorida emas (gold chloride), yang mematikan bagi
makhluk yang lain.
Lebih jauh lagi, para
ilmuwan menguak, makhluk sangat kecil itu mampu mengubah zat beracun
klorida emas untuk memproduksi gumpalan emas. Atau dengan kata lain,
bakteri itu makan racun lalu mengeluarkan "kotoran" berupa emas murni.
"Ini
adalah alkimia mikroba, mengubah emas dari sesuatu yang tidak bernilai,
menjadi logam mulia padat yang berharga," kata Kazem Kashefi, assistant
professor mikrobiologi dan genetika molekuler, seperti dimuat Daily
Mail, Sabtu (6/10).
Kashefi dan Adam Brown
--associate professor seni elektronik dan intermedia di universitas yang
sama-- menemukan, Cupriavidus metallidurans dapat tumbuh dalam
konsentrasi besar klorida emas, senyawa kimia beracun yang ditemukan di
alam, yang sering juga disebut "emas cair".
Mereka juga menemukan, bakteri tersebut setidaknya 25 kali lebih kuat dari yang diduga sebelumnya.
Untuk
menunjukkan bagaimana cara kerja bakteri itu, kedua ilmuwan membuat
sebuah laboratorium portabel, sebuah seni instalasi, yang diberi nama,
"The Great Work of the Metal Lover" --"karya agung pemuja logam", yang
merupakan kombinasi dari bioteknologi, seni, dan alkimia.
Laboratorium
portabel itu disusun dari perangkat berlapis emas 24 karat, kaca
bioreaktor yang berisi bakteri. Ukurannya yang relatif kecil
memungkinkan ilmuwan memamerkan cara menghasilkan emas di depan banyak
orang.
Lantas, bagaimana emas bisa dihasilkan?
Brown
dan Kashefi mengumpan bakteri Cupriavidus metallidurans dengan klorida
emas dengan jumlah besar, meniru proses yang mereka yakini terjadi di
alam. Butuh waktu selama sekitar sepekan, agar bakteri tersebut
memetabolis racun dan akhirnya memproduksi bongkahan emas.
Menurut
Brown, instalasi "The Great Work of the Metal Lover" intinya bagaimana
memanfaatkan sistem kehidupan sebagai sarana sebuah eksplorasi
artistik. "Ini adalah neo-alkimia. Setiap bagian, setiap detail proyek
adalah persilangan antara mikrobiologi modern dan alkimia," kata Brown."
Sebagai
seorang seniman, aku ingin menciptakan sebuah fenomena. Seni punya
kemampuan untuk mendorong sebuah penyelidikan ilmiah."
Tapi,
jangan terlalu bersemangat dengan temuan ini. Sama sekali ini bukan
"penangkal" harga emas yang makin meroket akhir-akhir ini.
Meski
kedengarannya menarik, biaya yang dibutuhkan untuk mereproduksi
eksperimen mereka dalam skala yang lebih luas, luar biasa mahal. Tak
hanya itu, kesuksesan menciptakan emas menimbulkan banyak pertanyaan:
tentang dampak ekonomi dan sosial, etika yang berkaitan dengan ilmu dan
rekayasa alam. Juga tentang akibatnya pada keserakahan manusia.
Instalasi "The Great Work of the Metal Lover" telah mendapat penghargaan dalam kompetisi, Prix Ars Electronica, di Austria. Di negeri itu, ia juga dipamerkan hingga 7 Oktober mendatang. Wah bisa membuat harga emas melorot tidak ya nantinya?
sumber
0 komentar:
Posting Komentar